Penurunan kualitas lingkungan pasti memunculkan sebuah inovasi. Buktinya, ancaman krisis air akibat perubahan iklim mendorong pemerintah membangun bendungan. Sore ini, tim susur sungai tiba di Bendungan Tugu.
Sekedar informasi, Bendungan Tugu dibangun dengan biaya 1,69 Trilyun dengan kapasitas tampung 12 juta meter kubik air dan diharapkan memberikan manfaat irigasi seluas 1250 hektare
Bendungan yang berfungsi sebagai penyuplai air baku utk irigasi ternyata belum mampu maksimal. Tim Penjelajah dari Ekspedisi Sungai mencoba turun mengarungi sungai untuk memulai hari pertama Ekspedisi Sungai, 21 Juli 2024.
Tepat dibawah Outlet Bendungan Tugu, tepatnya di Desa Nglinggis, tim turun ke Sungai pukul 15.30 WIB.
Awalnya mencoba menggunakan perahu karet, namun kondisinya tidak memadai, dan akhirnya diputuskan 3 penjelajah untuk turun menggunakan ban.
Dasar sungai sedalam 50 cm ini ternyata merupakan tumpukan batu yang di ikat dengan bronjong.
Ya, dasar sungainya di bronjong. Fungsi bronjong umumnya dipakai pada tepi sungai, dan tepi tanggul, yang bertujuan untuk melindungi dan memperkuat struktur tanah di sekitar tebing agar tidak terjadi longsor
Pada stuktur Bendungan Tugu, dasar sungai di ini dibronjong untuk mempertahankan elevasi, sehingga berfungsi mengikat sedimen tanah agar tidak run off jika limpasan air dari oulet terbuka dengan debit yang besar.
Nah, karena dasar sungainya penuh kawat bronjong, tentu menyulitkan tim penjelajah untuk menurunkan perahu karet. Terlebih ketika debit sungai yang hanya setinggi 50 cm.
Kondisi ini menjadi alert bagi pemerintah Trenggalek, agar segera melakukan upaya mitigasi akan krisis air. Upaya menambah tutupan lahan di wilayah hulu, deforestasi menjadi penyebab debit air menurun.
Kondisi ini harus segera di sikapi oleh semua pihak. Sebab jika tidak, 10 - 20 tahun mendatang, Bendungan Tugu akan bernasib seperti Bendungan Gajah Mungkur, atau Bendungan Mursapa (tim)
COMMENTS